Sabtu, 12 November 2011

ASMAUL HUSNA (Al Wahhab)

0 komentar
AL WAHHAB


Al Wahhab adalah salah satu sifat Allah yang memiliki Arti Maha Pemberi Karunia. Karunia merupakan hadiah yang bebas dari imbalan dan kepentingan. Jika karunia yang bersifat seperti ini banyak jumlahnya, pihak yang memberikannya dapat disebut sebagai pemberi atau dermawan. Namun, kedermawanan tidak dapat benar-benar dibayangkan kecuali dari Allah semata, karena Dia-lah yang memberi setiap manusia apa yang dibutuhkannya, bukan untuk mendapatkan balasan atau kepentingan tertentu, sekarang ataupun dimasa yang akan datang.
Akan tetapi siapapun yang memberikan sesuatu dengan maksud agar kepentingannya terwujud cepat atau lambat, dia bukanlah pemberi dan juga dermawan. Apa saja yang belum dapat dicapai, tetapi bermaksud mencapainya dengan bermurah hati memberikan sesuatu, hal tersebut dianggap mengharapkan balasan.
Kedermawanan sejati adalah memberikan keuntungan-keuntungan kepada orang lain, namun bukan bertujuan agar si pemberi mendapat imbalan keuntungan. Sesungguhnya siapapun yang melakukan sesuatu karena akan dicela kalau tidak melakukannya, dia sedang membebaskan dirinya dengan jalan melakukan sesuatu, hal itu adalah kepentingan dan mengharapkan imbalan.
Makna lafazh 'Al Wahhab' menekankan bahwa pada hakikatnya tidak mungkin tergambar dalam benak, mengenai adanya yang memberi, siapapun yang membutuhkannya tanpa mengharapkan imbalan atau tujuan duniawi atau ukhrawi, kecuali Allah SWT.
Karena siapa yang memberi disertai dengan tujuan duniawi atau ukhrawi, baik tujuan itu berupa pujian, meraih persahabatan, menghindari celaan atau mendapatkan kehormatan, dia bukanlah 'Wahhab'. Makhluk tidak mungkin memberi secara berkesinambungan sedang Allah dapat memberi secara berkesinambungan dan tanpa batas.
Berikut ini adalah beberapa bukti bahwa Allah Memiliki sifat Wahhab.

Artinya: Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi. (QS. Shaad:9)


Artinya: (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong pada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)'. (QS. Ali Imran:8)

Artinya: (Nabi Sulaiman) ia berkata : Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi.' (QS. Shaad:35)


Al Wahhab, Dia adalah Maha Pemberi. Pemberian-Nya tanpa syarat, juga tanpa batas. Tak terukur, juga tak ternilai. Tak ada satupun yang mampu menyamai pemberian-Nya. Tak pula satupun yang mampu menghitung anugerah-Nya. Langit diberi-Nya awan, agar manusia di bumi ternaungi, agar air kembali turun ke bumi dan menyuburkan tanah, agar para sastrawan juga mendapat inspirasi. Diberikan manusia sebaik-baik rupa, setinggi-tinggi akal untuk menalar, sedalam-dalamnya hati untuk merasa, daya untuk berusaha sekuat-kuatnya.


 Contoh Pengamalan Asmaul Husna Dalam Kehidupan:
Jika kita diberikan karunia dari Allah yang lebih seperti harta yang banyak, kepandaian, akal dan fikiran yang jernih, maka saat ada orang lain yang membutuhkan karunia yang kita miliki sebaiknya kita juga memberikan sebagian karunia kita untuk orang tersebut. Contohnya pada saat ada orang yang kekurangan, kita memberikan sebagian harta yang dimiliki dengan ikhlas. Saat ada orang yang sedang kesulitan mengerjakan sesuatu kita ikut memberikan bantuan baik berupa akal, pikiran tenaga, harta, dan sebagainya dengan didasari rasa tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan.
.

Jumat, 11 November 2011

ASMAUL HUSNA (Ar Razzaq)

0 komentar
AR ROZAQ

Ar Rozaq adalah sifat Allah yang baik dan memiliki arti Maha Pemberi Rizki. Rizki yang diberikan oleh Allah tak terbatas. Harta, tahta, kesehatan, kepandaian, pengetahuan dan masih banyak lagi. Meski demikian, Allah tak pernah membedakan siapa yang akan menerima rezeki dari-Nya. Jika Allah SWT menghendaki sesuatu terjadi, maka Dia akan menciptakan sebab-sebab kejadiannya. Jika sebuah rezeki ingin diberikan-Nya pada seorang hamba, maka tak satu pun kekuatan yang bisa menghalanginya. Tak satu, tak juga seribu. Tak beratus, tak berlaksa. Tak ada kekuatan yang mampu menghalangi takdir-Nya.
Bila Allah SWT mencintai seseorang, Dia menjadikan makhluk-makhluk semakin membutuhkan orang dermawan dan kalau saja dia sampai menjadi perantara antara Allah dengan manusia agar rezeki dapat sampai kepada manusia maka berarti dia memiliki sifat ini juga. Itulah orang yang telah mewarisi sifat ini yang tangannya dijadikan sebagai gudang rezekinya, tubuh dan ucapannya menjadi gudang bagi rezeki hati. Persendian adalah sambungan tulang pada tubuh manusia yang berjumlah tiga ratus enam puluh buah. Maka selayaknya manusia mengeluarkan sedekah bagi setiap persendian tubuhnya, semata-mata untuk mensyukuri nikmat itu. Dengan adanya semua persendian itu, manusia hidup dengan penuh kesempurnaan dan kenikmatan. Sekiranya diantara persendian tersebut ada yang rusak atau kering, tentulah akan mendatangkan gangguan pada tubuh, maka bersedekah atasnya merupakan tasyakur dan juga menghindarkan bala.
Satu rezeki akan disusul rezeki lainnya. Jika manusia cukup tahu diri dan mensyukuri semua yang ia terima. Sering manusia mengira, semua yang didapat adalah hasil kerja keras dan usahanya. Sering manusia menyangka, semua yang terjadi keluar dari jerih payahnya. Padahal, sungguh tak ada daya pada diri manusia yang lemah ini, Makhluk yang ketika kantuk Allah yang menciptakan sarana-sarana rezeki maupun mereka yang diberi rezeki dan memberikan sarana kepada makhluknya maupun menciptakan jalan-jalan untuk menikmatinya.
Pemberian rezeki itu ada dua macam yaitu:
a. Lahiriah , terdiri atas pemeliharaan dan makanan untuk kekuatan jasmani.
b. Bathiniah, berupa hal-hal yang diketahui dan hal-hal yang disingkapkan atau di ilhamkan, dan itu di arahkan ke hati dan bagian terdalam dari hati.
Rezeki bathiniah lebih tinggi dibandingkan rezeki lahiriah, karena buahnya adalah kehidupan abadi. Adapun buah dari pemberian rezeki lahiriah berupa kekuatan jasmani yang fana. Berikut ini adalah beberapa bukti bahwa Allah Memiliki sifat Maha Pemberi Rizki..

Artinya : 'Kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi. Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu' (Asy-Syura:12)


Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Huud:6)

Artinya: Dia-lah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kalian, maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya (QS. Al Mulk:15)


Artinya: Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh (QS. Adz Dzariyat:58)

 Contoh Pengamalan Asmaul Husna Dalam Kehidupan:
Allah menganugerahkan pengetahuan untuk memberikan petunjuk, lidah untuk bersaksi dan mengajar. Dan kedua tangan untuk membagikan sedekah, sehingga manusia dapat menjadi sebab bagi rezeki. Oleh Karena itu jika kita diberikan rezeki oleh Allah maka seharusnya kita memberikan sebagian rezeki yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Misalnya kita memiliki harta yang berlebih maka kita harus menyedekahkan sebagian harta kita untuk orang yang membutuhkan.

ASMAUL HUSNA (Al Fattah)

0 komentar
AL-FATTÂH
Al-Fattah secara bahasa berasal dari kata "fataha" yang berarti membuka. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti kemenangan (membuka sesuatu yang tertutup), menetapkan keputusan (membuka jalan penyelesaian atas suatu perkara).
Allah memiliki sifat Al-Fattah, artinya Allah yang Maha membukakan pintu rahmat bagi para hamba-Nya. Al Fattah juga membukakan semua permasalahan para hamba dari ketidakjelasan, dan membukakan semua mata dan mata hati mereka agar dapat melihat kebenaran. Inilah yang disebut oleh Khatabi dengan "al-fathur rabbaniy" (pintu penyingkap ketuhanan). Inilah pula rahmat paling besar yang Allah berikan kepada para kekasih-Nya, yaitu dengan membukakan hati mereka untuk menerima curahan 'irfan (pengetahuan) yang sebelumnya samar atau sama sekali tidak mereka ketahui. Hal ini terkait dengan firman Allah yang berbunyi:


Artinya : Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Fathir: 2)


Imam Al-Qusyairi r.a. berkata bahwa barangsiapa menyadari bahwa Allah adalah penghampar semua sebab (kausalitas) dan pembuka semua pintu, pikirannya tidak mungkin akan mengarah kepada selain-Nya, hatinya tidak akan disibukkan kecuali oleh-Nya, walau dia harus menanti terbukanya pintu dan terhamparnya jalan. Bahkan, kalau pun dalam penantian itu dia mengalami cobaan, maka cobaan itu akan menambah kedekatan dan kepercayaannya kepada-Nya.
Di antara rahmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan di dalam hati, petunjuk yang telah Allah tetapkan kepada yang bersangkutan, serta taufiq (restu) yang telah Dia tetapkan untuk kebaikan dan kebenaran. Bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya semangat untuk senantiasa taat kepada Allah dan beramal shalih bagi hamba-hamba yang dipilih-Nya. Kemudian, hati mereka dilapangkan agar dapat menjalankan semua itu dengan mudah dan tanpa kendala yang berarti. Dia lepaskan hati mereka dari ketergantungan kepada selain-Nya. Bentuk yang lain adalah, dengan dibukakannya pintu ilmu bagi orang-orang yang Dia pilih. Ilmu tersebut berupa ilmu untuk memahami kitab Allah dan Rasulullah, ilmu makrifat, ilmu hakikat, dan ilmu syariat, yang merupakan pelita, pembuka, dan petunjuk hati menuju kebenaran hakiki yang diajarkan agama. Hal-hal yang selama ini banyak diperselisihkan dapat ditemukan jalan keluarnya dengan mudah.

Allah bersifat Al Fattah juga berarti Dzat yang memberikan keputusan hukum bagi hamba-hamba Nya berdasarkan pengetahuan-Nya yang mencakup segala sesuatu. Allah SWT memerintahkan kepada



Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada orang-orang yang berdebat tentang kebenaran yang dibawanya.

Artinya : Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi Keputusan Lagi Maha Mengetahui. (QS. Saba’: 26)

Allah bersifat Al Fattah berarti allah sebagi dzat pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. Ketika nabi Syu’aib Menghadapi kaumnya yang mengancam akan mengusiranya apabilia tidak mengikuti keyakinan (kekufuran mereka, maka belaiu berdoa kepada allah agar memberikan keputusan.

Sungguh Kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika Kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami dari padanya. dan tidaklah patut Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan Kami menghendaki(nya). pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu. kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (QS Al A’araf:89)

Allah memiliki sifat Al Fattah juga berarti Allah sebagai Dzat Pemberi kemenangan bagi hamba-hamba-Nya dalam peperangan, sebagaimana firmannya dalam QS Al Fath:1,
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.




 Contoh Pengamalan Asmaul Husna Dalam Kehidupan:
Jika ada seseorang yang melakukan kegiatan yang menyimpang dari ajaran agama Islam maka seharusnya kita membukakan hati orang tersebut agar dapat melakukuan kegiatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam sehingga orang tersebut kembali ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.
 

Ka'bah Night | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id