AL-FATTÂH
Al-Fattah secara bahasa berasal dari kata "fataha" yang berarti membuka. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti kemenangan (membuka sesuatu yang tertutup), menetapkan keputusan (membuka jalan penyelesaian atas suatu perkara).
Allah memiliki sifat Al-Fattah, artinya Allah yang Maha membukakan pintu rahmat bagi para hamba-Nya. Al Fattah juga membukakan semua permasalahan para hamba dari ketidakjelasan, dan membukakan semua mata dan mata hati mereka agar dapat melihat kebenaran. Inilah yang disebut oleh Khatabi dengan "al-fathur rabbaniy" (pintu penyingkap ketuhanan). Inilah pula rahmat paling besar yang Allah berikan kepada para kekasih-Nya, yaitu dengan membukakan hati mereka untuk menerima curahan 'irfan (pengetahuan) yang sebelumnya samar atau sama sekali tidak mereka ketahui. Hal ini terkait dengan firman Allah yang berbunyi:
Artinya : Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Fathir: 2)
Imam Al-Qusyairi r.a. berkata bahwa barangsiapa menyadari bahwa Allah adalah penghampar semua sebab (kausalitas) dan pembuka semua pintu, pikirannya tidak mungkin akan mengarah kepada selain-Nya, hatinya tidak akan disibukkan kecuali oleh-Nya, walau dia harus menanti terbukanya pintu dan terhamparnya jalan. Bahkan, kalau pun dalam penantian itu dia mengalami cobaan, maka cobaan itu akan menambah kedekatan dan kepercayaannya kepada-Nya.
Di antara rahmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan di dalam hati, petunjuk yang telah Allah tetapkan kepada yang bersangkutan, serta taufiq (restu) yang telah Dia tetapkan untuk kebaikan dan kebenaran. Bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya semangat untuk senantiasa taat kepada Allah dan beramal shalih bagi hamba-hamba yang dipilih-Nya. Kemudian, hati mereka dilapangkan agar dapat menjalankan semua itu dengan mudah dan tanpa kendala yang berarti. Dia lepaskan hati mereka dari ketergantungan kepada selain-Nya. Bentuk yang lain adalah, dengan dibukakannya pintu ilmu bagi orang-orang yang Dia pilih. Ilmu tersebut berupa ilmu untuk memahami kitab Allah dan Rasulullah, ilmu makrifat, ilmu hakikat, dan ilmu syariat, yang merupakan pelita, pembuka, dan petunjuk hati menuju kebenaran hakiki yang diajarkan agama. Hal-hal yang selama ini banyak diperselisihkan dapat ditemukan jalan keluarnya dengan mudah.
Allah bersifat Al Fattah juga berarti Dzat yang memberikan keputusan hukum bagi hamba-hamba Nya berdasarkan pengetahuan-Nya yang mencakup segala sesuatu. Allah SWT memerintahkan kepada
Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada orang-orang yang berdebat tentang kebenaran yang dibawanya.
Artinya : Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi Keputusan Lagi Maha Mengetahui. (QS. Saba’: 26)
Allah bersifat Al Fattah berarti allah sebagi dzat pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. Ketika nabi Syu’aib Menghadapi kaumnya yang mengancam akan mengusiranya apabilia tidak mengikuti keyakinan (kekufuran mereka, maka belaiu berdoa kepada allah agar memberikan keputusan.
Sungguh Kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika Kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami dari padanya. dan tidaklah patut Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan Kami menghendaki(nya). pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu. kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (QS Al A’araf:89)
Allah memiliki sifat Al Fattah juga berarti Allah sebagai Dzat Pemberi kemenangan bagi hamba-hamba-Nya dalam peperangan, sebagaimana firmannya dalam QS Al Fath:1,
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.
Contoh Pengamalan Asmaul Husna Dalam Kehidupan:
Jika ada seseorang yang melakukan kegiatan yang menyimpang dari ajaran agama Islam maka seharusnya kita membukakan hati orang tersebut agar dapat melakukuan kegiatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam sehingga orang tersebut kembali ke jalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.
Jumat, 11 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar